Selasa, 10 September 2013


Persediaan
1.    Pengendalian atas Persediaan
v  Tujuan
·      Melindungi persedian
·      Melaporkannya yang benar dalam laporan keuangan
v  Pengendalian untuk melindungi persedian meliputi mengembangkan dan menggunakan tindakan keamanan untuk mencegah kerusakan persediaan atau pencurian oleh pelanggan atau karyawan.
v  Untuk mencegah hal yang tak diinginkan dapat menggunakan sistem persedian perpetual. Informasi mengenai jumlah saldo dalam buku besar pembantu persediaan dapat membantu untuk menjaga kuantitas persediaan pada tingkat tertentu. Sehingga dapat membandingkan saldo pada tingkat maksimum atau minimum yang memungkinkan pemesanan kembali dengan tepat waktu dan mencegah pemesanan kembali yang berlebihan.
v  Untuk memastikan keakuratan jumlah persediaan yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan diperlukan penghitungan fisik persediaan. Pada sistem perpetual dibandingkan hasil perhitungan fisik dengan catatan persediaan untuk menghitung jumlah persediaan yang hilang dan rusak.
v  Kebanyakan perusahaan menghitung fisik saat  tingkat persediaan paling rendah.

2.    Asumsi arus biaya persediaan
Ø  Tiga asumsi arus biaya persediaan
·      Metode masuk pertama, keluar pertama ( first in, first out= FIFO)
Digunakan apabila persediaan akhir berasal dari biaya paling baru, yaitu barang yang dibeli paling akhir.
·      Metode masuk terakhir, keluar pertama ( last in, first out= LIFO)
Digunakan apabila persediaan akhir berasal dari biaya yang paling awal, yaitu barang yang dibeli pertama kali.
·      Metode biaya rata-rata ( average cost methode)
Digunakan apabila biaya unit persediaan merupakan rata-rata biaya persdiaan.
Ø  Pemilihan metode biaya persediaan  diatas akan memilik pengaruh besar pada laporan keuangan.
3.    Metode biaya persediaan dalam sistem persediaan perpetual
Ø  Metode FIFO
·      Kebanyakan perusahaan menjual barang berdasarkan urutan yang sama saat barang dibeli, terutama untuk yang tidak tahan lama, mode dan model yang mudah berubah
·      Saat metode FIFO digunakan, biaya dimasukan dalam harga pokok penjualan dengan urutan yang sama saat biaya tersebut terjadi.
Ø  Metode LIFO
·      Saat metode ini digunakan, biaya unit yang terjadi merupakan biaya dari pembelian yang terakhir.
·      Buku besar pembantu disiapakan dalam jumlah unit saja, yang kemudian diubah dalam bentuk satuan nominal, misalkan rupiah waktu laporan keungan disiapkan dalam akhir periode.
·      Penggunaaan metode LIFO dibatasi pada situasi yang jarang dimana unit yang terjual diambil dari barang yang diperoleh paling akhir.

Ø  Biaya rata-rata
·      Saat metode ini digunakan,  biaya unit rata-rata untuk setiap jenis barang dihitung setiap kali terjadi pembelian. Kemudian, biaya unit ini digunakan untuk menghitung biaya setiap penjualan sampai pembelian lain dilakukan dan biaya rata-rata yang baru dihitung.
·      Teknik rata-rata ini disebut teknik rata-rata bergerak.
·      Metode biaya rata-rata ini jarang digunakan dalam metode perpetual.
Ø  Sistem persediaan perpetual komputerisasian
Contoh penggunaan komputerisasi dalam mengelola catatan persediaan perpetual untuk toko ritel;
1.    Rincian yang relevan untuk setiap barang persediaan, seperti keterangan, kuantitas, dan ukuran unit, disimpan di catatan persediaan. Catatan persediaan individu akan menyusun catatan persediaan komputersisasi, yang sesuai dengan saldo akun buku besar pesediaan.
2.    Setiap suatu barang dibeli atau dikembalikan, data persediaan dimasukan dalam catatan dikomputer.
3.    Setiap kali suatu barang dijual, kasir akan memindai kode batang barang dengan menggunakan pemindai optik. Alat ini akan membaca kode magnetik dan mencatat penjualan dimesin kasir. Selanjutnya catatan persediaan akan diperbarui dengan timbulnya harga pokok penjualan. Catatan kuantitas persediaan juga akan berkurang secara otomatis karena penjualan.
4.    Setelah penghitungan fisik persedian dilakukan, data penghitungan persediaan dimasukan dalam komputer. Data ini akan dibandingkan dengan salado berjalan dan sejumlah kelebihan atau kehilangan persediaan akan dicetak. Saldo persediaan kemudian disesuaikan dengan kuantitas yang ditentukan oleh hasil penghitungan fisik.
5.    Sistem ini dapat dilanjutkan untuk membantu manajer dalam mengendalikan dan mengatur kuantitas persediaan. Barang yang cepat terjual dapat dipesan ulang sebelum persediaan habis.
6.    Pola penjualan lalu dapat dianalisis untuk menentukan kapan untuk menyediakan barang untuk penjualan normal, dan untuk barang yang dijual musiman.
7.    Sistem ini dapat memberikan data bagi manajer untuk mengembangkan dan membuat perubahan kecil untuk memberikan hasil yang baik dalam strategi pemasaran.



4.    Metode biaya persediaan dalam sistem persediaan periodik
Ø  Saat sistem persediaan ini digunakan, hanya pendapatan yang dicatat setiap kali terjadi penjualan.
Ø  Setiap akhir periode akuntansi, penghitungan fisik persediaan dilakukan untuk penghitungan biaya persedian dan harga pokok penjualan.
Ø  Metode FIFO
·      Dalam metode FIFO, biaya sisa persediaan pada akhir periode berasal dari biaya peolehan paling akhir.
·      Apabila mengurangkan persediaan akhir periode dari barang tersedia untuk dijual akan menghasilkan harga pokok penjualan.
·      Persediaan akhir berasal dari biaya peolehan paling akhir. Sedangkan harga pokok penjualan berasal dari biaya persediaan awal dan  biaya paling awal.
Ø  Metode LIFO
·      Sisa biaya persediaan pada akhir periode berasal dari biaya perolehan paling awal.
·      Dengan mengurangkan persediaan akhir periode dari barang tersedia untuk dijual akan menghasilkan harga pokok penjualan.
·      Persediaan akhir periode berasal dari biaya  perolehan paling awal.
·      Dengan mengurangkan persediaan akhir periode dari barang tersedia untuk dijual akan menghasilkan harga pokok penjualan.
·      Persediaan akhir periode berasal dari biaya perolehan paling awal. Sedangkan harga pokok penjualan berasal dari biaya persediaan paling akhir.
Ø  Biaya rata-rata
·      Saat metode ini digunakan, bisa ditandingkan (dipadankan) terhadap pendapatan sesuai dengan rata-rata biaya unit yang terjual.
·      Biaya unit rata-rata tertimbang yang sama digunakan dalam menghitung biaya persediaan pada akhir periode.
·      Untuk perusahaan yang memiliki barang penjualan yang terdiri atas berbagai pembelian unit yang identik, penerapan metode biaya rata-rata hampir menyerupai arus fisik barang.
·      Biaya unit rata-rata tertimbang dihitung dengan membagi jumlah biaya unit setiap barang yang tersedia untuk dijual selama  periode tertentu degnan jumlah unit barang yang terkait.
·      Dengan mengurangkan  biaya persediaan akhir periode dari biaya barang yang tersedia untuk dijual akan menghasilkan harga pokok penjualan.

5.    Membandingkan metode biaya persedian
Ø  Jika biaya unit tetap stabil, seluruh metode akan mendapatkan hasil yang sama. Akan tetapi apabila harga berubah-ubah, tiga metode tersebut akan menhasilkan jumlah yang berbeda, yiutu;
1.    Harga pokok penjualan untuk periode berjalan
2.    Laba kotor dan laba bersih untuk periode tersebut
3.    Persediaan akhir

Ø  Metode  FIFO menghasilkan jumlah paling rendah untuk harga pokok penjualan, serta jumlah yang paling tinggi untuk laba kotor/ laba bersih dan juga persediaan akhir. Apabila digunakan selama periode inflasi, biaya unit yang awal akan lebih rendah dibandingkan dengan biaya unit paling akhir. Oleh karena itu akan menghasilkan laba kotor yang tinggi. Akan tetapi persediaan perlu diganti dengan harga yang lebih tinggi dari pada yang ditunjukan oleh harga pokok penjualan. Apabila periode deflasi pengaruhnya akan berkebalikan.

Ø  Metode LIFO menghasilkan jumlah paling tinggi untuk harga pokok penjualan, serta jumlah paling rendah untuk laba kotor/ laba bersih, dan persediaan akhir.
Ø  Metode biaya rata-rata menghasilkan diantara yang dihasilkan oleh metode FIFO dan LIFO.

6.    Melaporkan persedian dalam laporan keuangan
Ø  Ada beberapa kasus yang mungkin timbul dalam melaporkan persediaan dalam laporan keuangan, yaitu;
·      Biaya merupakan dasar utama dalam penilaain persediaan.
·      Dan dalam beberapa kasus, persediaan dinilai berdasarkan pertimbangan lain selain biaya.
Ø  Kasus-kasus tersebut akan timbul apabila;
·      Biaya penggantian barang dalam persediaan berada di bawah biaya yang dicatat.
·      Persediaan tidak dapat dijual pada harga penjualan normal.
·      Kondisi barang yaitu barang yang cacat, rusak karena terlalu lama dipajang di toko, perubahan mode, dll.
Ø  Penilaian pada nilai pasar atau biaya yang lebih rendah
·      Jika biaya penggantiaan barang dalam persediaan lebih rendah daaripada biaya pembelian awal, metode mana yang lebih rendah antara nilai pasar atau biaya perolehan yang digunakan untuk menilai persediaan.
·      Nilai pasar yang dimaksud adalah biaya penggantian untuk mendapatkan barang sejenis pada tanggal persediaan.
·      Nilai pasar ini dibuat berdasarkan kuantitas yang biasa dibeli dari pemasok yang biasa.
·      Dalam bisnis dimana nilai inflasi menjadi standar, harga pasar jarang menurun, dan penurunan harga pasar adalah biasa.
·      Keuntungan dari metode nilai pasar atau biaya yang lebih rendah adalah laba kotor/ laba bersih berkurang dalam periode yang sama dengan saat penurunan harga pasar terjadi.
·      Dalam menerapkan metode nilai pasar atau biaya yang lebih rendah, biaya dan biaya penggantiaan dapat ditentukan dengan satu dari tiga cara berikut;
1.      Setiap barang dalam persediaan.
2.      Kelas atau kategori utama dalam persediaan.
3.      Persediaan secara keseluruhan.
Ø  Penilaian pada nilai realisasi bersih
·      Barang yang sudah kadaluarsa, busuk atau rusak atau hanya dapat dijual pada harga dibawah biaya harus diturunkan nilainya.
·      Nilai realisasi bersih adalah perkiraan harga jual dikurangi seluruh biaya yang berkaitan langsung dengan penjualan.
·      Kebanyakan peritel mencatat penyisihan untuk barang yang sudah kadaluarsa.
·      Nilai realisasi bersih adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usahan normal dikurangi estimasi beban penjualan. Penyisihan atas kehilangan persediaan dihitung berdasarkan estimasi kehilangan persediaan sejak tanggal penghitungan fisik persediaan yang lalu. Penysihan atas barang yang kadaluarsa dan perputaranya lambat dihitung berdasarkan estimasi penjualan persediaan di masa depan.
Ø  Persediaan di neraca
·      Persediaan disajikan dalam aset lancar dari neraca.
·      Baik metode untuk menghitung biaya persedian( FIFO, LIFO, atau biaya rata-rata) maupun metode penilaian persediaan (biaya, nilai pasar atau biaya yang lebih rendah) perlu ditunjukan.
·      Merupakan hal yang biasa bagi perusahaan untuk menggunakan metode biaya yang beda untuk segmen persediaan yang berbeda.
·      Sehingga dengan alasan tertentu suatu perusahaan dapat mengganti metode biaya persediaannya.        
·      Dalam kasus tertentu, pengaruh perubahan dan alasan dari perubahan tersebut dapat diungkapkan dalam laporan keuangan untuk periode di mana perubahan terjadi.
·      Contoh persediaan di neraca;
Metro Arts
Neraca
31 Desember 2010
Aset lancar
   Kas                                                                                                  Rp. 19.400.000
   Piutang usaha                                                        Rp. 80.00.000              
     Dikurangi penyisihan piutang tak tertagih         Rp. 3.000.000  Rp. 77.000.000
   Persediaan- pada nilai pasar atau biaya
       ( metode FIFO) yang lebih rendah                                            Rp. 216.300.000

Ø  Pengaruh kesalahan persediaan pada laporan keuangan
·      Kesalahan dalam persediaan akan memengaruhi neraca maupun laporan laba rugi.
·      Kesalahan dalam penghitungan fisik persediaan akan menyebabkan salah saji untuk persediaan akhir, aset lancar, jumlah aset dalam neraca, kesalahan dalam persediaan juga akan mempengaruhi harga pokok penjualan dan laba kotor dalam laporan laba rugi.
·      Apabila terjadi kesalahan dalam mencatat penghitungan fisik atau tidak mencatat jumlah persediaan yang sebenarnya  akibatnya adalah persediaan, aset lancar, dan jumlah aset yang dilaporkan dalam neraca akhir periode akan menjadi kurang catat, sedangkan harga pokok penjualan akan lebih catat. Sehingga laba kotor atau laba bersih akan kurang catat. Karena laba bersih ditutup ke akun modal pemilik pada akhir periode, ekuitas  pemilik dalam neraca akan kurang catat.
·      Kesalahan persediaan dapat timbul dari syarat pengiriman dan persedian konsinyasi.
·      Syarat pengiriman menentukan waktu kepemilikan barang beralih. Saat barang dijual secara FOB titik pengiriman, kepemilikan baralih ke pembeli ketika barang tersebut dikirimkan. Saat FOB tujuan, kepemilikan beralih ke pembeli ketika barang diterima.
·      Kesalahan persediaan dari persediaan konsinyasi, yaitu ketika produsen kadang kala mengirimkan barang ke peritel yang bertindak sebagai agen produsen saat menjual barang. Produssen atau pengirim barang menahan kepemilikan sampai barang terjual. Barang ini dikirimkan secara konsinyasi ke peritel, yang disebut penerima barang. Barang yang belum terjual merupakan bagian persediaan produsen ( pengirim barnag), meskipun barang disimpan oleh peritel (penerima barang).
·      Ketika penghitungan fisik persediaan peritel/ penerima barang harus berhati-hati untuk tidak memasukan persediaan konsinyasi yang disimpannya sebagai bagian dari persediaan fisiknya.
·      Sama seperti produsen/ pengirim barang harus berhati-hati untuk memasukkan persediaan konsinyasi dalam persediaan fisiknya meskipun barang tersebut tidak disimpannya.

7.    Memperkirakan biaya pesediaan
Ø  Sangat perlu bagi sebuah perusahaan untuk mengetahui jumlah persediaan ketika catatan persediaan perpetual tidak dibuat dan penghitungan fisik persediaan tidak praktis untuk dilakukan.
Ø  Sebuah persediaan yang menggunakan sistem persediaan periodik yang memerlukan laporan laba rugi bulanan, tetapi penghitugan fisik persediaan setiap bulan yang mungkin memakan biaya.
Ø  Apabila terjadi sesuatu yang tak diinginkan, misalnya terjadi kebakaran pada persediaan yang tak memungkin lagi untuk penghitungan fisik persediaan bahkan catatan persediaan perpetual telah dibuat dalam catatan akuntansi yang mungkin sudah hancur, maka dari itu biaya persediaan harus diperkirakan menggunakan:
1.    Metode ritel
v Dalam memperkirakan biaya persediaan dilakukan berdasarkan hubungan biaya barang tersedia untuk dijual terhadap harga ritel barang yang sama.
v Untuk menggunakan metode ini, harga ritel seluruh barang disiapkan dan dijumlahkan.
v Selanjutnya, persediaan pada harga ritel ditemukan dengan mengurangkan penjualan untuk periode tertentu  dari harga ritel barang tersedia untuk dijual selama periode tersebut.
v Perkiraan biaya persediaan kemudian dihitung dengan mengalikan persediaan pada harga ritel dengan rasio biaya terhadap harga jual/ ritel  untuk barang tersedia untuk dijual.
v Keuntungan dari metode ritel adalah memberikan angka persediaan untuk menyiapkan laporan keuangan bulanan/ kuartalan saat sistem periodik digunakan.
v Dapat menghitung laba kotor dan dan laba operasi setiap bulannya, tetapi penghitungangan fisik persediaan hanya satu atau dua ali dalam setahun.
v Membandingkan perkiraan persediaan akhir  dengan persediaan akhir secara fisik, keduanya pada harga ritel yang akan membantu menunjukan kehilangan persediaan yang berasal dari pencurian dan sebab lainnya sehingga manjemen dapat mengambil tindakan yang diperlukan.
v Sebagai alat bantu penghitungan fisik persediaan. Barang yang dihitung dicatat pada harga ritel bukan pada biaya. Kemudian penghitungan fisik ini pada harga jual diubah ke biaya dengan menggunakan rasio biaya terhadap harga jual/ ritel untuk barang tersedia untuk dijual. Nilai persediaan akhir akan digunakan untuk laporan keuangan akhir tahun dan untuk keperluaan pajak penghasilan.
2.    Metode laba kotor
v Metode laba kotor menggunakan perkiraan laba kotor dalam periode tertentu untuk memperkirakan persediaan akhir periode.
v Dengan menggunakan tingkat laba kotor, jumlah nominal penjualan untuk suatu periode dapat dibagi dalam dua komponen;
·      Laba kotor
·      Harga pokok penjualan
v Metode laba kotor berguna memperkirakan persedian untuk laporan keuangan bulanan atau kuartalan dalam sistem persedian periodik.
v Dan juga berguna dalam memperkirakan biaya barang rusak yang disebabkan oleh kebakaran dan bencana lainnya.

1 komentar:

  1. Saya Achmad Halima Saya ingin menyaksikan karya baik ALLAH dalam hidup saya untuk orang-orang saya yang tinggal di sini di Indonesia, Asia dan di beberapa negara di seluruh dunia.
     Saya saat ini tinggal di sini di Indonesia. Saya seorang janda dengan empat anak dan saya terjebak dalam situasi keuangan pada Maret 2017 dan saya harus membiayai kembali dan membayar tagihan saya,
    Saya adalah korban penipuan kredit 3-kredit, saya kehilangan banyak uang karena saya mencari pinjaman dari perusahaan mereka. Saya hampir mati dalam proses karena saya ditangkap oleh orang-orang yang berutang, saya dibebaskan dari penjara dan saya bertemu dengan seorang teman, yang saya jelaskan situasi saya dan kemudian memperkenalkan saya kepada perusahaan pinjaman bahwa ALEXANDER ROBERT LOAN FIRM dapat diandalkan.
    Untuk orang-orang yang mencari pinjaman? Jadi Anda harus sangat berhati-hati karena banyak perusahaan pinjaman di internet penipuan di sini, tetapi mereka masih sangat nyata di perusahaan pinjaman palsu.
     Saya mendapatkan pinjaman dari ALEXANDER ROBERT LOAN FIRM sebesar Rp900.000.000 dengan sangat mudah dalam waktu 24 jam yang saya lamar, jadi saya memutuskan untuk berbagi pekerjaan baik ALLAH melalui ALEXANDER ROBERT LOAN FIRM dalam kehidupan keluarga saya. Saya menyarankan jika Anda membutuhkan pinjaman, silakan hubungi ALEXANDER ROBERT LOAN FIRM. hubungi mereka melalui email:. (alexanderrobertloan@gmail.com)
    Anda juga dapat menghubungi saya melalui email saya di (achmadhalima@gmail.com) jika Anda merasa kesulitan atau ingin prosedur untuk mendapatkan pinjaman.

    BalasHapus